Mendisiplinkan Karakter Anak
Mendisiplinkan Karakter Anak |
Kesadaran itu muncul sambil menengok kembali pada pendidikan kita, sejauh mana pendidikan kita menghasilkan generasi yang baik dan berkualitas, khususnya dalam hal ini generasi yang ber”IMTAK” dan ber”IMTEk”, generasi yang berprestasi dan berbudi, generasi yang cerdas dan berakhlak qurani
Keluhan yang banyak dirasakan oleh masyarakat pada saat ini adalah kurangnya budi pekerti atau akhlakul karimah pada generasi kita. Prestasi akademik ternyata tidak berjalan seimbang dengan meningkatnya akhlak yang baik. Banyak anak yang pandai tapi kurang sopan santun, banyak yang prestasinya tinggi tapi ibadah dengan tuhannya terbengkalai, bahkan banyak pula yang pandai ilmu hukum tapi tidak sadar hukum.
Pendidikan memang punya peranan besar dalam hal pemahaman dan penanaman karakter, tapi pendidikan sendiri dalam arti luas bukan tanggung jawab satu pihak (pemerintah saja), tapi tanggung jawab semua pihak, semua komponen masyarakat terutama orag tua, karena ialah yang mendapat amanah dari allah dalam bentuk seorang anak.
Akhlakul karimah dalam Islam
Pendidikan yang baik adalah adalah pendidikan yang menyeluruh terhadap semua aspek manusia, termasuk didalamnya adalah pendidikan karakter, dimana dengan karakter yang baik manusia bisa hidup tidak hanya pandai tapi beradab atau yang lebih kita kenal dengan berakhlakul karimah bahwa pendidikan saat ini sudah berbena.
Dalam alquran manusia akan meraih kebahagiaan bila melakukan 2 hal yaitu : beriman dan beramal shalih
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (al Baqarah 82)
“Kalimat alladzina amanu wa ‘amilu shshalihati” diulang sebanyak 52 kali dalam alquran, ini menunjukkan bahwa Antara iman dan amal shalih ada dua perkara yang tidak bisa dipisahkan, bagai dua sisi mata uang yang selalu bersama, karena iman tanpa amal shalih bagai pohon yang tak berbuah sedangkan beramal shalih tanpa landasan iman bagaikan fatamorgana, yang seakan akan memberi harapan kesejukan bagi yang menyaksikannya, namun semua itu tidak akan terealisasi.
Landasan 6 rukun iman yang telah kita yakini haruslah dibuktikan dengan amal shalih dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjuhi semua larangan larangannya (berakhlaqul karimah)
Secara garis besar berakhlaq terbagi menjadi 3:
1. berakhlak terhadap Allah SWT
2. berakhlak terhadap sesama manusia
3. berakhlak terhadap ciptaan Allah (selain manusia)
Pentingnya peranan sekolah, orang tua dan Masyarakat dalam membangun karakter
Tiga komponen ini sangat penting dalam mewujudkan tertanamnya akhlakul karimah pada generasi kita, maka dari itu perlu bersinergi antara mereka, sebab jika tidak, maka sulit bahkan mustahil aka tercapai tujuan pendidikan karakter yang diidamkan, sebagai contoh: jika anak di sekolah siswa diajari untuk mentaati aturan sekolah, sedang di jalanan ia melihat banyak kendaraan yang ramai ramai terus menerobos lampu merah, maka tibul keraguan dalam dirinya .
Jika di sekolah atau pesantren siswa diajarkan untuk shalat berjamaah di masjid tetapi di rumah saat adzan berkumandang disuguhi hiburan yang menarik lewat televisI atau media lainnya, maka semakin timbul perasaan ketidak percayaan pada diri anak. Untuk itu perlu duduk bareng antara tiga komponen diatas, untuk mensinergikan banyak hal demi pendidikan anak. Sekolah menanamkan karakter, dirumah dikuatkan melalui kegiatan dan aktivitas dengan keluarga dan masyarakat yang selalu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang karakter anak.
Mendisiplinkan Karakter Anak |
Alhamdulillah kita sangat bersyukur, bahwa pendidikan saat ini sudah berbenah dalam hal penenaman karakter, terutama dengan dimulainya kurikulum 13 sekolah sekolah kembali berlomba lomba mengalokasikan banyak porsi kurikulumnya untuk penanaman karakter, pendidikan karakter memang bukan hanya pengetahuan dan pemahaman saja, namun banyak langkah yang harus dilalui guna mensukseskannya.
Sebab bila hanya sekedar pengetahuan saja, maka banyak yang tahu bahwa korupsi itu dosa dan menyengsarakan rakyat, tapi setiap hari kita masih mendengar berita para koruptor yang masuk penjara. Berapa banyak mereka yang paham tentang kasih sayang, tetapi setiap hari kita juga masih mendengar orang yang mendzalimi orang lain atau bahkan mendzalimi keluarganya sendiri. Ini bukti bahwa pendidikan karakter bukan hanya sekedar pengetahuan dan pemahaman saja, tapi banyak hal yang harus dilakukan bersamaan dengan itu agar tercapai tujuan mewujudkan generasi yang berakhlakul karimah. Kami mencatat ada beberapa langkah untuk mensukseskan tujuan pendidikan karakter:
1. Menegtahui penting dan keutamaannya akhlakul karimah
Adalah penting memahami apa makna akhlakul karimah, apa keuatamaannya dan apa pula manfaatnya. Supaya timbul kesadaran untuk berakhlak dan bukan karena terpaksa. Begitu pentingnya akhlakul karimah, sampai rasulullah mengaku bahwasannya beliau diutus untuk menyempeurnakan akhlak
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ
Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlakul karimah (musnad al Bazzar)
Dan sebaik baik akhlak makhluk yang ada dimuka bumi ini adalah teladan kita Nabi Muhammad SAW. Namun, untuk mewujudkan generasi Qur’ani sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah bukan pekerjaan yang mudah. Ia harus diusahakan secara teratur dan berkelanjutan baik melalui pendidikan informal seperti dalam keluarga dan masyarakat
2. Nabi sebagai duta karakter dunia
Tahapan yang tidak kalah penting setelah pengertian dan pemahaman terhadap karakter adalah keteladanan, karena akhlak itu tidak cukup difahamkan dan diceramahkan, tetapi akhlak itu butuh contoh atau model, baik dalam mengajarkan karakter yang dzahir (bersih, rajin, sopan) maupun yang maknawi (syukur, qanaah, sabar) dalam alquran allah memerintahkan untuk menjadikan Rasulullah sebagai contoh dan model.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh [al-Ahzâb/33:21]
Hal ini karena rasulullah adalah orang yang dijamin mulia dan baik akhlaknya
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung ( Al Qalam 4)
Untuk itu bagi para pendidik, baik yang formal maupun non formal tidak hanya sekedar mengajarkan ilmunya saja, tetapi harus siap dan mampu sebagai contoh dan teladan bagi para siswanya
3. Membiasakan karakter sejak usia dini
Generasi Qur’ani tidak lahir dengan sendirinya, tetapi ia dimulai dari pembiasaan dan pendidikan, misalnya menanamkan karakter spiritual gemar beribadah yang sesuai dengan tingkat perkembangan-nya, sebagaimana hadits Nabi:
مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ.
“Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.”(HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dalam hadits ini seorang anak sudah harus dibiasakan menjalankan shalat sejak dini walaupun shalat diwajibkan nanti saat sudah baligh. Hadits lain ;
يَاغُلاَمُ سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Hai nak, bacalah bismillah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari sisi yang terdekat darimu.” (Muttafaqun ‘alaih)
Tatakrama dalam makanpun tidak luput dari sentuhan Islam, dan hadits ini Rasulullah mengajarkan seorang anak agar menjaga adab ketika makan dengan makan menggunakan tangan kanan dan memakan yang terdekat dengannya terlebih dahulu. Memang begitulah seharusnya, kebaikan dibiasakan sejak kecil agar ketika dating kewajiban si anak tidak merasa terbebani dan berat.
4. Menjaga lingkungan yang kondusif
Bila ada sekeranjang buah mangga yang matang dan siap dihidangkan, tiba tiba kita melihat ada satu buah yang busuk atau dikulitnya ada tanda tanda busuk, tentu yang kita lakukan adalah mengambil buah yang busuk itu, kita buang jauh jauh agar tidak menular pada buah mangga yang bagus dan siap dimakan. Begitulah ilustrasi pentingnya menjaga lingkungan yang baik, karena lingkungan juga berpengaruh pada pendidikan anak, baik lingkungan sekolah, masyarakat maupun keluarga.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ (At Tahrim:6).
Rasulullah memerintahkan kepada kita agar memilih teman yang baik dalam bergaul, karena teman
dekan akan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
الَمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُهُ
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga kita dari pengaruh teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama hamba hambanya yang shalih.
Abdurrochman Kholil
Aktivis pendidikan Integral Surabaya
No comments